KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami hadiahkan atas rahmat dan berkah Tuhan Yang Maha Kuasa. Yang mana dengan kemudahan dan karunia-Nya
lah kami dapat menyelesaikan tugas laporan
observasi yang bertemakan
“
E-learning “.
Adapun
laporan observasi ini
kami susun guna
memenuhi persyaratan nilai
tugas dalam mata
kuliah Psikologi Pendidikan di
Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
Terima kasih
juga kami ucapkan kepada
dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan karena telah
memberikan kami tugas
sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman kami serta
membentuk kebersamaan dan sinergi dalam kelompok kami
ini. Dan secara khusus kami juga
mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua kami yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan
serta do’a yang selalu mengiringi kami.
Kami
selaku penyusun sadar akan ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam laporan ini baik dalam hal sistem
penyusunan maupun hasil
observasinya. Oleh sebab itu kami sangat berharap atas kritik dan
saran yang membangun guna mengembangkan pengetahuan kita bersama dan penunjang
lebih baik lagi untuk laporan
observasi selanjutnya.
Medan, Juni
2013
Tim Penyusun,
Kelompok Lima (5) Genap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Identitas
Sekolah
Nama Sekolah : SMA Negeri 13 Medan
Alamat Sekolah : Jalan Brigjend Zein Hamid km 7 Titikuning
Uang Sekolah : Rp.100.000,-/bulan
Konsep E-learning : Power Point
1.2.
Uraian Aktivitas Observasi
Jadwal observasi : Kamis, 23 Mei 2013-06-06
Waktu observasi : 11.00 WIB – 12.15 WIB
Objek Observasi :
Seluruh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13 Medan
Hari pelaksanaan : KamisWaktu pelaksanaan : 23 Mei 2013
1.3.
Latar Belakang
Di era modern ini, orang di seluruh penjuru dunia dituntut untuk memahami
dan mengaplikasikan teknologi dalam kehidupannya, tidak terkecuali siswa. Atas
dasar inilah pembelajaran E-learning
mulai diterapkan dalam sekolah-sekolah di Indonesia. E-learning merupakan elektronik learning atau pembelajaran
elektronik. Secara ringkas, E-learning berarti
belajar dengan menggunakan media elektronik. Metode pembelajaran E-learning tergolong masih sangat muda
di Indonesia. Dengan menggunakan metode E-learning
ini, siswa di seluruh bagian Indonesia diharapkan dapat memahami dan
mengaplikasikan teknologi agar tidak tertinggal oleh zaman yang semakin
berkembang.
1.4.
Tujuan Observasi
1.
Untuk mengetahui proses E-learning di sekolah.
2.
Untuk mengetahui teori belajar, motivasi, orientasi
belajar, dan manajemen kelas yang digunakan dalam proses E-learning.
3.
Untuk mengetahui sejauh mana E-learning berperan dalam pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI
E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya
bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet,
atau media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Salah satu yang memudahkan proses E-learning adalah
adanya koneksi internet. Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer.
Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang terhubung di seluruh
dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses oleh murid
(Santrok, 2011).
Dalam proses pembelajaran ada beberapa aspek yang terlibak, diantaranya
teori belajar ynag digunakan, motivasi siswa, orientasi belajar, serta
manejemen kelas. Ada dua pendekatan dalam teori belajar yaitu, pendekatan
behaviorisme dan pendekatan asosiatif. Pendekatan behaviorisme adalah pandangan
bahwa perilku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diobservasi.
Sedangkan pendekatan asosiatif adalah pembelajaran meliputi dua kejadian yang
saling terkait.
Ada empat
perspektif dalam menjelaskan motivasi, yaitu :
1.
Perspektif
behavioral yang menekan bahwa kunci dari motivasi siswa adalah imbalan dan
hukuman.
2.
Perspektif
humanistik menekankan pada kapasitas siswa untuk mengembangkan kepribadian dan
kebebasan untuk memilih nasib mereka.
3.
Perspektif
kognitif menekankan bahwa pemikiran siswa akan memandu motivasi mereka.
4.
Perspektif
sosial menekankan motivasi siswa dipengaruhi oleh motif afiliasi.
Orientasi belajar terbagi dua, yaitu Student Center Learning yaitu pembelajaran yang menjadikan siswa
sebagai pusat dari pembelajaran dan Teacher
Center Learning yang menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.
Manejemen kelas merupakan suatu usaha untuk mengelola
kelas dengan baik sehingga memaksimalkan kesmpatan pembelajaran siswa.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1.
Laporan
Observasi
3.1.1.
Teori
Belajar
Teori
belajar yang digunakan di SMA Negeri 13 Medan adalah teori belajar operant
conditioning. Penerapan teori operant conditioning terletak saat pengumpulan
tugas makalah sejarah dimana guru memberikan feedback terhadap makalah, baik
berupa reinforcement positif maupun negatif. Ketika terdapat kesalahan pada
makalah guru memberikan penjelasan dan ketika makalahnya bagus, guru memuji
kelompok.
3.1.2.
Motivasi
Berdasarkan
hasil pengamatan, motivasi siswa kelas X.7 di SMA Negeri 13 Medan yang paling
dominan adalah motivasi berdasarkan persepektif humanistik yaitu menekankan
pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk
memilih sendiri nasib mereka.
Hal
ini terlihat dari kondisi belajar. Siswa bebas memilih apakah mereka ingin
mendengarkan penjelasan guru atau tidak. Dalam hal ini, guru juga tidak
menuntut bahwa siswa harus mendengarkannya dengan seksama. Guru tidak
memberikan hukuman bagi siswa yang tidak mendengarkan. Dari kondisi inilah,
terlihat bahwa motivasi siswa adalah humanistik yang bebas menentukan nasibnya.
Motivasi
yang juga terlihat namun tidak dominan adalah motivasi berdasarkan persepktif
behavioral. Siswa memang bebas memilih apakah mereka ingin mendengarkan guru
atau tidak, dan guru pun tidak menuntut siswa untuk mendengarkannya. Namun
ketika ada pertanyaan dari guru, siswa yang berhasil menjawab akan mendapat
nilai yang baik.
3.1.3.
Orientasi
Belajar
Orientasi
belajar yang digunakan adalah perpaduan antara Student-Centered Learning (SCL)
dan Teacher-Centered Learning (TCL). Namun yang lebih dominan adalah TCL.
Orientasi
SCL terlihat dengan adanya diskusi dalam membahas suatu topik tertentu.
Orientasi
TCL terlihat ketika guru menerangkan di depan dengan gaya presentasi dan siswa
memperhatikan guru. Selain itu guru juga memberikan tugas yang sudah diarahkan
cara pengerjaannya. Hal ini terlihat pada hari observasi, dimana siswa
mengumpulkan tugas makalah dari hari sebelumnya. Guru menilai makalah tersebut
dan mengatakan bahwa siswa seharusnya melakukan hal ini dan itu dalam makalahnya.
Hal ini menunjukkan adanya intruksi langsung oleh guru yang dicirikan oleh
arahan dan kontrol guru dan ekspektasi guru atas kemajuan siswanya.
3.1.4.
Manajemen
Kelas
a. Lingkungan
Fisik Kelas
Ruang-ruang kelas di
SMA Negeri 13 Medan cukup luas sehingga ruangan tidak terlalu padat meskipun
siswa banyak. Fasilitas seperti lemari kecil tempat penyimpanan buku juga
terdapat di dalam kelas. Seperti sekolah negeri pada umumnya di Indonesia,
setiap dua orang siswa berada di meja yang sama. Kelas menggunakan white board
dan mempunyai sebuah proyektor yang tergantung di langit-langit atap kelas.
Hal yang disayangkan
adalah kondisi kelas yang kurang pencahayaan dan pengap. Kelas yang terletak di
antara dua bangunan kelas lainnya membuat kelas X.7 ini menjadi gelap. Sedangkan
kondisi pengap disebabkan karena udara yang panas dan tidak adanya pendingin
ruangan, seperti AC atau kipas angin dalam ruangan kelas.
Pada kondisi umum, gaya
penataan kelas adalah gaya auditorium dimana semua siswa duduk menghadap guru.
Gaya auditorium ini menmbatasi kontak antar siswa tatap muka dan guru bebas
bergerak kemana saja. Ketika diskusi berlangsung gaya penataan kelas yang
digunakan adalah gaya klaster dimana beberapa siswa duduk dalam kelompok kecil.
b. Gaya
Pengajaran
Gaya pengajaran yang
digunakan oleh Guru Sejarah ketika observasi dilakukan adalah gabungan antara
gaya permisif dan otoritatif. Guru tidak
memberikan banyak dukungan untuk pengelolaan perilaku namun guru melibatkan
murid dalam kerja sama dan menjelaskan aturan untuk dipahami dalam pengerjaan
tugas. Hal ini terlihat ketika pengumpulan makalah, beberapa siswa memang
berperan aktif dalam bertanya namun siswa lainnya tidak peduli dan sesuka hati
untuk keluar masuk kelas. Dalam hal ini, guru tidak menegur siswa yang keluar
masuk kelas sehingga tidak ada dukungan untuk pengembangan perilaku siswa.
3.2.
Evaluasi
E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya
bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet,
atau media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Konsep E-learning
yang digunakan oleh SMA Negeri 13 adalah power point. Motivasi siswa kelas
X.7 merupakan motivasi humanistik baik bagi siswa yang benar-benar ingin
belajar namun sulit bagi siswa yang harus didorong untuk belajar. Siswa yang
harus didorong ini membutuhkan motivasi behavioral untuk memunculkan motivasi
humanistik. Perpaduan antara motivasi humanistik dan behavioral yang diterapkan
sekolah sudah cukup bagus, namun tidak dapat disamaratakan bagi seluruh siswa
karena adanya perbedaan karakteristik di atas. Sebagai siswa Sekolah Menengah
Atas yang berada pada masa remaja yang sedang mencari jati diri diperlukan
bimbingan oleh guru untuk memunculkan motivasi instrinsik siswa.
Orientasi belajar yang digunakan bagus
karena menggabungkan SCL dan TCL. SCL akan membantu siswa aktif dalam proses
belajar mengajar dan TCL akan membantu siswa dalam menentukan perilaku yang
sesuai karena dalam proses TCL guru merupakan pengarah. Jadi dengan adanya
penggabungan SCL dan TCL ini diharapkan siswa dapat menjadi orang yang aktif
terarah.
Pengaturan manejemen kelas sudah cukup baik
namun belum maksimal. Untuk uang sekolah yang terbilang cukup besar, sekolah
seharusnya dapat memberikan fasilitas yang lebih baik demi kenyamanan siswa
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar.
Dari semua uraian evaluasi di atas, SMA
Negeri 13 Medan sudah cukup baik dalam menggunakan metode E-learning namun semua aspek yang diamati di atas masih harus
dimaksimalkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Rangkuman
Kelompok
E-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya
bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet,
atau media jaringan computer lain (Hartley, 2001).
Proses E-learning
di SMA Negeri 13 adalah pembelajaran dengan menggunakan power point. Dalam setiap proses pembelajaran ada banyak aspek yang
dapat dilihat, aspek ini juga dapat diamati saat proses E-learning berlangsung. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah
motivasi, teori belajar, orientasi belajar, dan manejemen kelas.
Motivasi yang dimiliki oleh siswa kelas X.7 SMA Negeri 13
Medan adalah motivasi humanistik yang digabungkan dengan sedikit motivasi
behavioral. Motivasi ini dipadukan dengan teori belajar behavioral yaitu
operant conditioning. Konsep manajemen kelas yang digunakan adalah gaya ruangan
klaster dan auditorium. Gaya ruangan ini sesuai dengan orientasi belajar yang
digunakan, yaitu perpaduan antara SCL dan TCL.
4.2 Rangkuman pribadi
pada dasarnya sudah banyak
sekolah-sekolah di Indonesia yang menggunakan system E-learning. System
E-learning ini merupakan system belajar yang mengguanakan perangkat-perangkat
elektronik dan aplikasi-aplikasi seperti power point yang dapat memudahkan
setiap murid untuk lebih memahami pelajaran yang diberikan guru dan juga guru
pun tidah sulit lagi untuk menjelaskan kepada murid-nya. Salah satu sekolah
yang sudah menggunakan E-learning adalah
SMA Negeri 13 Medan yang menggunakan power point untuk memudahkan dalam proses
belajar-mengajar. Pada observasi ini ada beberapa aspek yang dapat di lihat
yaitu motivasi siswa, teori belajar, manajemen kelas, dan orientasi belajar.
Motivasi yang dimiliki murid-murid di SMA Negeri 13 medan
pada kelas X.7 adalah motivasi humanistik yang digabungkan dengan motivasi
behavioral. Konsep manajemen yang digunakan adalah gaya ruangan klaster dan
auditorium. Ruangan gaya ini sangat cocok untuk orientasi belajar SCL dan TCL
dimana murid memerhatikan guru yang belajar didepan kelas.
4.3 Testimoni
Observasi sekolah ini diawali dengan
menentukan sekolah yang akan kami observasi dan kami beserta kelompok dari
kelas ganjil memilih SMA Negri 13 yang akan kami observasi. Pada tanggal 23 mei
2013 kami mendatangi sekolah tersebut, dan kepala sekolah mengijikan kami masuk
ke kelas X.7 yang pada saat itu sedang berlangsung belajar-mengajar pelajaran
sejarah. Proses observasi berjalan lebih dari 60 menit. Pada saat kami
meng-observasi kelas tersebut kami merasa bahwa kelas itu kurang tertib karena
ada beberapa anak yang berjalan-jalan dan duduk bukan pada kursinya. Kelasnya
juga panas dan pengap. Walau begitu proses belajar-mengajar belangsung dengan
lancar apalagi di bantu dengan sistem pembelajaran E-learning yang semakin
memudahkan guru dan murid dalam proses belajar-mengajar.
Daftar Pustaka
Hartley, Darin E.
2001. Selling
e-Learning, American Society for Training and Development, New York. [online], (http://www.m-edukasi.web.id/2012/11/pengertian-e-learning.html, diakses tanggal 6 Juni 2013)
Santrock, John W. 2011. Psikologi Pendidikan edisi kedua.
Jakarta : Kencana
No comments:
Post a Comment